Tag Archives: proses pembelajaran

PROPOSAL SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI MTs PONDOK PESANTREN DARUL HIKMAH SONCOLELA KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

25 Nov

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kiat masing-masing guru di kelas. Dalam pandangan psikologi belajar, keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan oleh tenaga pengajarnya. Hal ini disebabkan tenaga pengajar selain sebagai orang yang berperan sebagai transformasi pengetahuan dan ketrampilan, juga memandu segenap proses pembelajaran. Agar dapat mencapai tujuan dalam pembelajaran, seorang guru harus memiliki kompetensi untuk menunjang pencapaian tujuan tersebut. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah ketrampilan memberi penguatan (Djamarah, 2000: 99). Sehingga dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penguatan merupakan cara yang digunakan oleh seorang pengajar/pendidik dalarn kegiatan belajar dan merealisasikan pada penguatan dalam belajar.
Tentang penguatan ini seorang ahli mengatakan bahwa “Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan batik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya, sebagai satu tindakan dorongan atau pengoreksi, atau penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali hati siswa agar mereka legih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar (Osman, 1998: 80-81).
Dalam proses belajar mengajar, guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Dalam penyampaian materi pelajaran, guru seringkali mendapatkan kendala-kendala terutama kendala dari siswa itu sendiri. Kendala-kendala itu merupakan suatu masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan yang harus dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar itu disebabkan antara masing-masing siswa memiliki perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh aspek intelektual, psikologis dan biologic yang menyebabkan tingkah laku yang bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya (Djamarah. Dkk., 1996: 1). Sedangkan Davies (1987: 32) mengatakan bahwa “Kondisi seperti ini juga banyak menimbulkan persoalan dalam penggunaan penguatan, baik itu penguatan verbal maupun non verbal. Guru harus pandai-pandai menerapkan kompetensi ini agar dapat memotivasi siswa dan tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar dan salah. Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar Jar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
Dalam suatu pembelajaran, siswa yang memiliki perbuatan baik, seperti tingkah laku maupun prestasi, harus diberikan penghargaan atau pujian. Diharapkan dengan penghargaan atau pujian itu siswa akan termotivasi berusaha berbuat yang lebih baik lagi. Misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata “bagus” kepada siswa yang berpakaian rapi, siswa yang dapat menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik dan benar. Siswa akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai bahkan akan berusaha berbuat yang lebih baik lagi. Dalam kegiatan belajar mengajar, pemberian penguatan sangat penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pemberian respon positif guru kepada siswa yang berperilaku memuaskan membuat siswa senang karena merasa mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan siswa-siswa yang lain. Mengingat betapa pentingnya pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar, sebaiknya para guru khususnya guru ekonomi melatih diri secara teratur dan terarah dalam penggunaan keterampilan penguatan sehingga dapat diterapkan dalam pengajaran.
Dari hasil observasi awal menunjukkan bahwa pemberian penguatan memang perlu diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, terutama kepada siswa yang bertingkah laku kurang baik dan kurang berprestasi dengan memberikan dorongan dan nasehat agar siswa tersebut dapat merubah tingkah lakunya dan dapat berbuat lebih baik lagi. Sebaliknya, yang memiliki kelebihan dibandingkan siswa yang lain juga perlu diberikan penguatan agar perilakunya berulang k-embali bahkan bila perlu dapat meningkat. Tetapi, diakui memang bahwa pemberian penguatan, dengan kalimat dan kata-kata lebih sering digunakan dibandingkan dengan melakukan sentuhan. Walaupun demikian, siswa tetap merasa diperhatikan dan termotivasi.
Termotivasinya siswa dalam belajar akan memudahkan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Berhasilnya proses belajar mengajar akan menunjang keberhasilan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Maka disinilah tugas guru sebagai pendidik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan memberikan rangsangan berupa penghargaan atau pujian sehingga siswa bisa menyelesaikan pelajaran khususnya Mata Pelajaran Ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah adalah sejauhmanakah efektivitas pemberian penguatan terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima Tahun 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui efektivitas pemberian penguatan terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di Pondok Pesantren Darul Hikmah Sonco Lela Kota Bima Tahun 2010/2011.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pentingnya pemberian penguatan terhadap, motivasi belajar siswa.
b. Dapat menambah wawasan peneliti sendiri dan sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang ingin memperluas wawasan keilmuannya.
2. Kegunaan Praktis
a. Dapat berguna bagi para guru dalam memberikan penguatan dan dapat dijadikan dorongan bagi siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Sebagai pedoman bagi guru supaya dapat memberikan penguatan terhadap siswa mereka dalam mempelajari pelajaran ekonomi.
E. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian adalah ada pengaruh efektivitas pemberian penguatan terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di Pondok Pesantren Darul Hikmah Sonco Lela Kota Bima Tahun 2010/2011.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel penelitian
a. Efektifitas pemberian penguatan (x)
b. Motivasi belajar siswa (y)
2. Subyek penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini yaitu siswa kelas VIII pada MTs Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima tahun pelajaran 2010/2011.

3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah di Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima
4. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan.
G. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan arti atau makna dari istilah yang digunakan dalam proposal penelitian ini, maka dipandang perlu penjelasan istilah-istilah yang dianggap penting agar tidak menimbulkan salah pengertian. Adapun istilah yang dipandang perlu dijelaskan adalah :
1. Pengertian efektivitas pemberian penguatan
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya), manjur, mujarab (Purwadarminta, 1986: 226). Dalam Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum dijelaskan kata efektif tepat pada sasaran yang dikehendaki, sedangkan efektivitas berarti suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
Penguatan (Reinforcement)
Pengertian Penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
Kalau ditelaah pengertian penguatan di atas, maka dapat dikatakan bahwa penguatan baik yang berupa pujian, dorongan ataupun penghargaan untuk mengontrol dan memotivasi tingkah laku siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Motivasi belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yaitu daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar, untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Jadi motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efekn-,a (pengaruhnya, akibatnya, kesannya), manjur, mujarab (Purwadarminta. 1986: 226). Dalam Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum dijelaskan kata efektif tepat pada sasaran yang dikehendaki, sedangkan efektivitas berarti suatu tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan (Sulaiman, dkk., 1994: 6).
2. Cara Mengukur Efektifitas
Efektivitas merupakan ketepatgunaan atau hasil guna dari suatu cara, atau usaha yang telah dilakukan. Efektivitas bisa juga disebut sebagai keberhasilan atau pencapaian tujuan dari apa yang telah kita lakukan.
Ukuran efektivitas sangat bervariasi. Menurut Fatah (2004:24) mengemukakan bahwa ada tiga macam variasi ukuran efektivitas, yaitu
1) Produktivitas (hasil), misalnya berapa banyak mobil yang telah dirakit.
2) Derajat kepuasan, misalnya banyaknya pesta yang sukses yang telah dilaksanakan.
3) Intensitas emosi, misalnya perasaan rasa puas dalam hal memiliki.

B. Tinjauan tentang penguatan
1. Pengertian penguatan
Penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali (Hasibuan, 1985 : 58).
Kalau ditelaah pengertian penguatan di atas, maka dapat dikatakan bahwa penguatan baik yang berupa pujian, dorongan ataupun penghargaan untuk mengontrol dan memotivasi tingkah laku siswa dalam proses belajar mengajar.
Jadi yang dimaksud dengan penguatan dalam hal ini adalah usaha guru untuk terulang kembali perilaku yang telah dilakukan, yang berupa pujian, dorongan ataupun penghargaan sehingga terjadi suatu proses belajar mengajar.
2. Komponen penguatan
Dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu 1) Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diberikan berupa kata¬kata atau kalimat pujian yang diucapkan guru untuk tingkah laku siswa. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata; bagus, baik, betul, tepat dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat, misalnya pekerjaanmu bagus sekali.
3. Prinsip pemberian penguatan
Agar penguatan yang diberikan oleh guru dapat berfungsi secara efektif, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian penguatan sebagai berikut :
1) Kehangatan dan Keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkahlaku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan ini dapat ditunukkan dengan berbagai cara.
2) Hindari Penggunaan Penguatan Negatif
Banyaknya akibat yang muncul yang tidak dikehendaki sehingga penggunaan penguatan ini sebaiknya dihindari, walaupun sebenarnya pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa. Akibat yang dimaksud, seperti siswa menjadi frustasi dan peristiwa akan terulang kembali. Kata kasar, cercaan, hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karma itu itu hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut (Winaputra, 2003 : 734).
3) Penggunaan Bervariasi
Dalam memberikan penguatan, sebaiknya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan dierikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama dikhawatirkan akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan.
4) Kebermaknaan
Dalam memberikan penguatan, haruslah bermakna bagi siswa, artinya siswa memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Perlu diperhatikan juga situasi di mana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat bahwa itu sangat bennanfaat.
4. Tujuan pemberian penguatan
Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi yang usaha belajar selanjutnya.
Adapun tujuan pemberian penguatan di dalam kelas adalah
1) Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif.
2) Memberi motivasi kepada siswa.
3) Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkahlaku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif.
4) Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.
5) Mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang berbeda dan pengambilan inisiatif yang bebas.
5. Tehnik-tehnik penguatan
Teknik-teknik dalam pemberian penguatan adalah sebagai berikut :
1) Penguatan Secara Kelompok
Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. Penguatan verbal, gestural, tanda dan penguatan kegiatan adalah merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota kelompok.
2) Penguatan yang Ditunda
Penundaan penguatan pada umumnya adalah kurang efektif bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. Pemberian penguatan dengan menggunakan komponen yang manapun. sebaiknya segera diberikan kepada siswa setelah melakukan suatu respon.
3) Penguatan Partial
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi kepada siswa untuk sebagian dari responnya. Sebenarnya penguatan ini digunakan untuk menghindari penggunaan penguatan negatif dan pemberian kritik.
4) Penguatan Perorangan
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebut kemampuan, penampilan. dan nama siswa yang bersangkutan adalah lebih efektif dari pada tidak menyebutkan apa-apa.
C. Tinjauan tentang motivasi belajar
1. Pengertian motivasi belajar
Istilah motivasi awalnya berasal dari kata motif, yaitu “daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif diartikan sebagai suatu kondisi intern (Sardiman, 2001 : 71).
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Sesuai dengan pembahasan motivasi belajar siswa. menurut Dimyati dan Mujiono mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa terdiri dari
1) Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, dan nilainilai kehidupan. Cita-cita siswa untuk menjadi “seseorang” akan memperkuat semangatnya untuk belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian menjadi “seseorang” akan memperkuat semangatnya untuk belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
2) Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas dan perkembangan (Monks, 1989; Gunarsa, 1990 :40).
2) Kondisi siswa
Kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar. atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatiannya.

3) Kondisi lingkungan siswa
Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka, semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
4) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Adanya perasaan, perhatian, kemauan, ingatan. dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup, lingkungan
3. Bentuk-bentuk motivasi belajar
Guru hendaknya mengetahui tentang bentuk-bentuk atau hal-hal yang merangsang atau mendorong siswa untuk belajar. Terkait dengan hal tersebut, menurut ahli mengatakan bahwa ada beberapa bentuk motivasi belajar, antara lain : Memberi angka, Hadiah, Pujian, Gerakan tubuh, Memberi tugas, Memberi Mangan, Hukuman (Djamarah dan Zain, 1996: 168-177).
4. Sifat-sifat dan jenis motivasi belajar
Karena motivasi merupakan suatu perubahan yang ada pada diri siswa, maka ada beberapa sifat motivasi, antara lain :
1) Kekuatan suatu motif : Suatu motif yang kuat tidak tentu berlangsunng lama. Sedangkan motif yang lama tidak tentu kuat. Suatu motif yang lama berlangsung dapat menjadi motif yang mendalam. sehingga menguasai dan memberi arah

2) Motif yang berubah-ubah : Motif kadang-kadang menjadi tujuan, tetapi kalau sudah tercapai lalu berubah menjadi jalan ke tujuan rang lain
3) Motivasi asli dan motivasi yang didapat : Motivasi asli adalah motif-motif yang ditentukan secara struktural, sosial dan alamiah. Motif ini umum sifatnya pada manusia. Motif-motif yang alamiah dapat menjadi dasar motivasi yang diperlukan dalam belajar.
D. Efektifitas pemberian penguatan terhadap motivasi belajar
Jika dilihat dari pengertian efektivitas, yaitu cara yang dipergunakan oleh guru dalam waktu yang singkat untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami pelajaran sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan, maka dengan pemberian penguatan oleh guru kepada siswa di dalam kelas diharapkan akan membangkitkan motivasi belajar siswa di dalam menerima pelajaran. Siswa yang mendapat pemberian penguatan akan merasa bahwa dirinya mempunyai nilai lebih di mata guru dibanding dengan siswa-siswa yang lain.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu obyek. Suatu set pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang, yang bertujuan untuk membuat suatu deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena yang diselidiki (Moh. Nazer, 1986:62).
Setiap penelitian akan memerlukan suatu pendekatan atau desain, yang menunjukkan cara mengumpulkan dan menganalisa data, agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta serasi dengan tujuan penelitian.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, karena data yang akan diperoleh di lapangan lebih banyak bersifat informasi dan keterangan, bukan dalam bentuk simbol atau angka.
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik yang berarti menggambarkan konsep keseluruhan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian naturalistik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak berubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan (Nawawi, 1994 : 174).
Adapun pendapat yang lain mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006: 6).
Dengan demikian dalam menggunakan metode yang bersifat kualitatif, peneliti hanya mengharapkan apa adanya dari ucapan atau tulisan dari perilaku orang-orang atau subyek yang diteliti.
Dalam memaparkan data dari temuan serta dalam membahas skripsi ini, penulis mengemukakannya secara deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata semua data yang diperoleh serta diuraikan secara alamiyah (apa adanya). Demikian juga analisanya menggunakan analisis data secara induktif Sedangkan dalam proses pengumpulan data peneliti Lebih banyak berhubungan dengan responden.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002:108), yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs pada Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti dengan maksud untuk menggeneralisasikan hasil dari penelitian. Sampel digunakan karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga sehingga tidak memungkinkan semua populasi dijadikan sumber data. Sampel yang diambil ini diharapkan benar-benar dapat mewakili sifat populasi yang ada.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data suatu penelitian biasanya menggunakan beberapa metode dalam mendapatkan data-data yang valid dan refresentatif.
Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Observasi
“Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak terhadap obyek penelitian. Pengamatan tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung” (Margono, 2003: 158). Sedangkan Achmadi berpendapat bahwa “Observasi atau pengamatan adalah alai pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki” (Achmadi, 2002: 70).
Teknik observasi yang digunakan peneliti adalah teknik non partisipan. Di mana peneliti tidak terlibat langsung dalam kehidupan obyek penelitian, tetapi mengamati dan mencari data terhadap obyek penelitian dan tidak meleburkan dalam arti yang sesungguhnya. Akan tetapi peneliti melakukan observasi guna mengetahui hal-hal yang, terkait dengan bentuk-bentuk pemberian penguatan yang diberikan guru ekonomi di MTs Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima dan efektivitas pemberian penguatan dalam memotivasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah “Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara, (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2006: 186).
Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Gubah (1985: 266), antara lain: mengkonstruksi mengenal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan: merekomendasi kebulatan-kebulatan demikian sebagaimana yang dialami pada masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagaimana yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang, memprevikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, balk manusia maupun bukan manusia (triangulasi), dan memprevikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Moleong, 2006: 186).
Pendapat lain mengatakan bahwa “Interview sebagai suatu proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya” (Nadi, 1996: 192).

Sehubungan dengan pendapat di atas, wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin, pewawancara hanya membuat pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti. Maka dalam hal ini peneliti menggunakan metode ini dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan informan (subyek penelitian) yaitu guru ekonomi dan siswa kelas II MTs Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima untuk mendapatkan data yang ada hubungannya degan fokus penelitian, yaitu mengenal efektivitas pemberian penguatan dalam memotivasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima.
3. Metode Dokumentasi
Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkrip buku, surat kabar, majalas, prasasti, notulen, rapat agenda dan sebagainya” (Arikunto, 1993:202). Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan data yang didapatkan.
Dengan metode dokumentasi ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data tertulis yang dapat memberi keterangan yang penulis butuhkan, yaitu data tentang sejarah berdirinya MTs, keadaan Siswa, keadaan Guru MTs dan struktur organisasi MTs Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu dalam upaya pengumpulan data peneliti. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenn yang diselidiki.
2. Tes
Instrumen berupa tes yaitu serentatan pertanyaan dan tugas yang digunakan untuk mengumpulkan data
3. Catatan Dokumentasi
Instrumen ini dipergunakan untuk melakukan pencatatan tentang siswa atau identitas siswa sebagai peneliti yaitu didapat dari absensi siswa.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah atau tahap dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini ada beberapa tahap yang harus peneliti lalui yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Peneliti mengajukan judul skripsi kepada ketua program studi pendidikan ekonomi pada STKIP Bima
b. Peneliti mengadakan seminar proposal skripsi dengan judul yang telah diajukan
c. Peneliti mengurus surat ijin penelitian yang akan diajukan kepada kepala MTs Pondok Pesantren Darul Hikmah Soncolela Kota Bima
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan dokumentasi
b. Mengidentifikasi dari metode penelitian di atas secara sistematis
c. Pengelolaan data
d. Menganalisa data
F. Analisa Data
Setelah data terkumpul dari hasil penelitian dilapangan, maka proses selanjutnya adalah maenganalisis data-data yang sudah terkumpul tersebut. “Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurus data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapatditentukan terra dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Moleong, 2000:103)
Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data adalah rumus uji tes (t-tes) yaitu rumus yang digunakan untuk menghitung pengaruh treatmen suatu kelompok :
t =
Keterangan :
t = Koefesien t
N = Banyaknya subyek
M = Nilai rata-rata hasil perkelompok
X = Deviasi seetiap nilai X2 dan X1
Y = Deviasi setiap nilai Y2 dan Y1
(Arikunto, 1997 :306)
Prosedur pengujian hipotesis nol :
Jika to ≥ tt, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika to ≤ tt, maka Ho ditolak dan Ha ditolak
Pada taraf signifikansi 1% dan 5% dengan menggunakan kurva satu ekor

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Davis, Ivor K, 1987. Pengelolaan Pengajaran, Rajawali Pers, Jakarta.

Djamarah, 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Hadi, Sutrisno, 1982. Metode Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.

Hasibuan dan Moedjiono, 1985. Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Moleong, J. Lexi, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Rohani, Ahmad, HM dan Ahmadi, 1991. Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta.